Heru Suroso : Santri Harus Membangun Bangsa dan Negara

BOJONEGORO. Kabarone.com – Ada cara unik yang dilakukan santri Desa Tembeling dalam memperingati hari santri dan hari Pahlawan. Mereka dengan suka cita melantunkan pujian sholawat di lapangan Desa Tembeling, dengan tajuk “Tembeling Bersholawat”, Jum’at, (10/11).

Kaum muda santri Kasiman mulai dari Fatayat, Muslimat, Ansor, Ipnu, Pagar Nusa, Banser dan MWC NU Kasiman, Jum’at malam tumplek blek memenuhi lapangan Desa Tembeling, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro.

Tembeling bersholawat dihadiri ribuan jemaah

Hadir ditengah jama’ah santri mendem sholawat, H. Heru Suroso, seorang pengusaha muda putra asli  Kasiman (Sebelum dipecah menjadi dua Kecamatan, Kasiman dan Kedewan) yang lahir dan tumbuh ditengah kemiskinan di Dusun Ndangilo, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, memberikan motivasi kepada ribuan santri yang hadir memadati lapangan Desa Tembeling.

Kepada santri, pria yang kini hendak maju dalam kancah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bojonegoro 2018, memberikan motivasi agar tetap semangat mencari ilmu di sekolah maupun di Pondok Pesantren.

“Generasi muda harus semangat menuntut ilmu meski hidup dalam keterbatasan ekonomi atau kemiskinan. Karena dengan banyak ilmu, sebenarnya seseorang telah menjadi kaya dan memiliki modal untuk membangun tanah kelahirannya, terutama Bojonegoro,” kata Heru Suroso, kepada para santri yang hadir.

Ia pun menceritakan kehidupan di masa kecilnya. Sejak berumur dua tahun sudah ditinggal ibunya merantau untuk berkerja ke luar Jawa. Selanjutnya Heru Suroso hidup dibawah bersama kakek dan neneknya. Kondisi kemiskinan yang menghimpit keluarga tak menjadikannya putus asa. Saat itu, ia hanya berpikir jika ingin menjadi orang sukses haruslah sekolah.

Berkat kegigihan tekad dan semangatnya untuk menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa, iapun tumbuh menjadi seorang pengusaha yang sukses sehingga mampu mewujudkan cita-citanya membangun bangsa dan negara.

“Sukses itu rahasia Allah, dan rahasia Allah itu adalah berbakti kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu. Karena doa ibu adalah ridlo Allah dan marahnya orang tua adalah murka Allah. Dan  ibumu adalah surgamu dan ayahmu akan menjadi jembatan kepadanya,” ujar Heru Suroso memotivasi para santri.

Selain kedua orang tua, seorang santri atau siswa harus juga hormat kepada guru, ustad dan kiai. Karena dari merekalah bekal ilmu yang bermanfaat itu didapat.

“Jadi kesuksesan itu terwujud karena doa kedua orang tua, guru dan kiai, dan tentunya juga usaha dan semangat kita sendiri dalam mewujudkan cita-cita,” tanas Heru Suroso.

Heru Suroso saat di pengajian Tembeling Bersholawat

Pengajian Tembeling bershoawat yang digelar santri mendem sholawat, Jum’at (10/11) juga dihadiri habib Muhammad Safi’i Al aydrus dari Surakarta, dan KH. Budi Harjono, Semarang.

 

(dan/pur)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *