Bau Menyengat dari Limbah PT. BMI Sangat Mengganggu

Nasional2,820 views

Kabarone.com, Lamongan – Wilayah Kabupaten Lamongan Jawa Timur yang saat ini berkembang menjadi kawasan industri, hal ini sepatutnya harus diikuti dengan pengawasan yang lebih intens, yakni pihak perusahaan atau pelaku usaha harus benar – benar memperhatikan terutama limbah industri dari hasil produksi pengolahan udang.

Hal ini terbukti dengan adanya keluhan para pengguna jalan yang lewat di depan pabrik PT. Bumi Menara Internusa (BMI), karena menghirup bau amis dan anyir menyengat di hidung saat lewat.

PT. Bumi Menara Internusa yang beroprasi tepatnya di Desa Rejosari Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan tersebut telah meresahkan pengguna jalan nasional.

Pasalnya, PT. BMI sendiri merupakan sebuah perusahaan yang setiap harinya mengekspor olahan udang ke luar negeri khususnya negara Jepang tersebut harus benar – benar memperhatikan pengolahan limbahnya sebelum di buang keluar pabrik limbah harus sudah steril dan ramah lingkungan.

Sementara munip, yang kerja di surabaya setiap harinya lewat depan pabrik tersebut mengungkapkan, saya sangat terganggu dengan bau limbah yang di timbulkan oleh pabrik PT. BMI karena bau amis dan anyir sangat saya rasakan keyika lewat depan pabrik PT. BMI. Padajal dulu sebelum ada pabrik tersebut tak ada bau yang mengganggu. Saya berharap pihak pabrik harus segera melakukan langkah – langkah bagaimana bau limbah tersebut bisa segera diatasi,” ungkapnya, Senin, (15/5/2017).

Hal ini juga dirasakan pengguna jalan yag lain. Kali ini Lope, ia juga merasakan bau amis dan anyir menyeghat hidung saat ia lewat pabrik PT. BMI tersebut. Ia mas, saya selaku pengguna jalan sangat terganggu karena tak bisa menghirup udara segar saat lewat, harapannya juga sama bahwa pihak pabrik PT. BMI harus segera menyelesaikan persoalan limbah yang ditimbulkan,”jelasnya.

Dalam kesempatan yang berbeda pihak perusahaan PT. BMI yang di wakili oleh bagian Human Resource Development (HRD) Eko menerangkan, selaku manager HRD tersebut, ia membenarkan jika hal itu memang benar adanya. Akan tetapi ini merupakan keteledoran pihak management, “Mohon maaf, ini kami mengakui jika telah terjadi keteledoran karyawan karena dimungkinkan SDMnya kurang mumpuni bahwa limbah yang dimanfaatkan oleh masyarakat termasuk limbah kepala ikan di srum penapungan bocor lalu meluber ke jalan dan kena panas selanjutnya kena angin maka terjadi bau yang tak sedap tersebut,”terang Eko.

Sebenarnya, lanjut eko, untuk kulit udang bisa dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan kepala udang sendiri itu dari pihak management sudah melarang membuangnya karena itu juga laris di pasaran. Kembali ditegaskan oleh Eko Entah karena SDM karyawan sehingga hal itu justru lolos dari pengawasan management, setiap harinya ada 50 ton udang yang kita olah dan kita eksport, tentunya itu hanya dagingnya saja sedangkan untuk kulit dan kepalanya kita jual terpisah.

Perihal dengan keberadaan cairan hitam yang ditempatkan di dalam kantong plastik dan sejumlah drum, Eko memastikan jika itu bukan termasuk dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) seperti yang ditakutkan oleh masyarakat sekitar sekitar.

Cairan hitam yang berada di kantong plastik tersebut saya pastikan tidak berbahaya. Udang yang di olah perusahaan adalah merupakan ikan mati yang tentunya berbau busuk, kayak tikus saja jika sudah mati kan baunya juga sangat menyengat. Seperti itulah, sehingga cairan hitam itu adalah cairan bekas mencuci udang sehingga tidak mengandung bahan kimia,”tegas Eko yang mengaku jebolan wartawan Tempo tersebut.

Menanggapi hal itu, Eko yang didampingi asistennya dan selaku perwakilan dari PT. BMI segera akan menyampaikan ke pihak perusahaan dengan apa yang menjadi permasalahan di sekitar lingkungan pabrik, ia juga memberikan jawaban bahwa akan segera menangani masalah ini agar tidak lagi yang terjadi apa yang namanya bau amis dan anyir menyengat yang meresahkan pengguna jalan nasional yang melintas di depan pabrik tersebut.

Saat ditanya masalah rekrutmen tenaga kerja untuk putra daerah 40℅  dan 60℅ tenaga luar daerah.
Jawabnya, alasan kenapa tenaga putra daerah lebih sedikit dibanding tenaga luar daerah ? Karena tenaga dari putra daerah Lamogan karakternya pilih – pilih,” pungkasnya,(pul/pur).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *